Selasa, 20 Desember 2011

Mau dibawa kemana sepakbola kita?


Sebelum resolusi 2011 selesai direalisasikan kita dihadapkan dengan resolusi baru di tahun 2012, ya sebentar lagi kita akan menghadapi tantangan yang lebih keras dan menghebohkan di tahun depan, tapi sebelum kita menghadapi tahun depan, ada baiknya kita membuat sebuah ulasan terhadap apa yang terjadi di tahun 2011 ini. Di tahun ini Indonesia dihadapkan oleh beberapa persoalan yang membuat beberapa aspek terganggu stabilitasnya, dari politik, ekonomi, sosial, budaya, sekaligus olahraga yang menjadi hiburan utama warga Indonesia yaitu sepakbola. Sepakbola Indonesia kembali dihadapkan oleh masalah yang tak kunjung usai, setelah memiliki ketua umum yang baru, ternyata permasalahan yang menghinggapi induk organisasi sepakbola di Indonesia ini semakin bercabang, dualisme kompetisi, arah pembinaan yang makin semrawut dan juga prestasi TIMNAS yang kembali gagal memperoleh gelar, hal ini adalah cerita lama yang lagi-lagi membuat para penikmat sepakbola di Tanah air merasa biungung atas apa yang sebenarnya terjadi di PSSI. Kita tahu bahwa ketua umum PSSI sekarang adalah Djohar Arifin adalah hasil pemenangan kelompok yang sebelumnya begitu menjagokan Arifin Panigoro sehingga banyak yang beranggapan bahwa kelompok tersebut adalah orang-orang yang mengurus kompetisi IPL musim lalu, sedangkan kubu PT. LI adalah kelompok PSSI sebelumnya dengan CEO Joko Driyono, kedua kubu ini memiliki basis dana yang cukup besar untuk melakukan program-programnya, dimana IPL sekarang memiliki Arifin Panigoro dan PT.LI (ISL) memiliki figur seorang Nirwan Bakrie, sehingga seorang jurnalis senior pada saat wawancara di sebuah TV swasta mengatakan jika ingin membuat persepakbolaan kita lebih baik, alangkah pentingnya untuk mempertemukan kedua figur ini untuk menciptakan kompetisi atau regulasi yang mampu menjadikan pesepakbolaan di Indonesia menjadi lebih baik, karena hal ini sudah menciptakan atau membuat korban, seperti dilarangnya pemain yang bermain di kompetisi ISL untuk membela garuda di kancah Internasional dan juga  diskorsnya para klub yang tidak bermain di kompetisi IPL. Keberhasilan meraih Runner-Up dalam SEA Games dan AFF Cup 2011 kemarin semestinya menjadi cambuk untuk para petinggi di atas untuk lebih memperhatikan nasib persepakbolaan kita yang sudah lama puasa gelar, dan juga untuk terus membuat gairah industri sepakbola Negara ini menjadi lebih berkembang, karena hal ini sebuah hal yang menjanjikan untuk mebawa nama baik Indonesia di mata dunia sehingga pamor Indonesia menjadi lebih baik di mata dunia, sebagai contohnya adalah kedatangan LA Galaxy kemarin yang disambut dengan kehebohan yang begitu luar biasa dan setidaknya membangkitkan kembali gairah masyarakat terhadap sepakbola, selain itu PSV Eindhoven dan Inter Milan sudah mencanangkan untuk mengunjungi Indonesia beberapa bulan ke depan, hal ini menjadi contoh sebuah promosi gratis kepada dunia luar untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang aman dan nyaman untuk dikunjungi siapapun. Sebagai seorang pencinta sepakbola kita hanya bisa berharap bahwa semoga saja sepakbola kita dapat kembali ditangani oleh orang-orang yang ahli supaya mampu menciptakan regulasi dan kompetisi yang sehat yang mampu membantu prestasi TIMNAS kita menjadi nomor satu setidaknya di tingkat regional Asia Tenggara. Kita berharap saja pada akhir tahun 2011 ini atau setidaknya awal 2012 nanti kita dapat melihat kejelasan mau dibawa kemana arah sepakbola ini, sehingga kita dapat kembali menikmati sepakbola sebagai hiburan nomor satu di Indonesia tahun depan dan tahun-tahun berikutnya tanpa ada masalah, Amiin.

Kamis, 01 Desember 2011

disaat PIE berlangsung

pagi menuju siang, hari biasa buat gue untuk kuliah, yap sebuah rutinitas yg gue rasa santai pada SMA dulu dan kenyataannya sangat terbalik dengan apa yg gue harapkan, yap kehidupan menjadi mahasiswa sangat berbeda dengan apa yang terjadi dengan apa yg terjadi pada masa SMA, dan itu sangat menguras tenaga, emosi dan keringat (lebay dikit)

kuliah hari ini adalah pengantar ilmu ekonomi, dengan dosen yang cukup asik walaupun sedikit aneh jg, karena kebanyakan dosen ekonomi itu memilik prinsip yang terkadang bikin terheran-heran jg, tapi yasudahlah ga penting untuk dibahas hahha

ya gue duduk di barisan kedua di paling pinggir, berusaha memahami slide demi slide dengan pengantar bahasa inggris dengan bahasa ekonomi yang begitu mermitkan logika selain itu pula dengan rumus2 panjang yg tertera di papan tulis yang ga membuat gue sama sekali tergoda untuk mencatat point ataupun elemen di dalamnya, entah karena ngantuk atau apa, padahal mata kuliah ini sewaktu uts adalah nilai gue yg paling ancur, ckckck emg dasar gamau usaha kayaknya gue -_-


berusaha gue terus menarik diri untuk lebih fokus terhadap slide power point dan papan tulis di depan, pikiran gue terpecah ketika gue membuka binder lembar demi lembar, disana terdapat foto diri gue bersamanya dan tu cukup membuat gue merasa melayang di alam khayal dan flashback masa lalu, dimana teman kuliah gue fokus terhadap kuliah dan gue entah kemana pikirannya, yg gue rasa cuman satu, "Kenapa hal ini bisa terjadi?"
gue coba ulang pertanyaan itu dan gue olah supaya bisa menjadi pernyataan yang bisa gue ungkap kepada kenyataan, apa karena keegoisan gue semua ini terjadi? apa salah gue semua ini terjadi, begitu banyak pertanyaan gue lontarkan kepada otak gue yang masih saja mencari kalimat tepat untuk menunjukan sebuah cahaya untk jawaban sebenernya dari apa yang terjadi sekarang, serius gue ga betah di keadaan kayak gini, kata gue ketika gue masih saja meraba dan menatap foto tersebut,  mungkin kata beberapa orang rasa sayang itu hanyalah sebuah hal simple yang bisa dilakukan setiap orang, tapi gue engga, gue bukanlah seekor monyet yg mudah hinggap di pohon dan lompat kesana-kemari ke pohon yang lain, kalau dianalogikan gue ga bisa dengan mudah sayang ke orang dan ga bisa jg dengan mudah melupakan seseorang, gue gabisa seperti itu

banyak orang yg bilang jg kalau rasa sayang itu sebatas antara 2 individu saja, gausah pikirin aspek agama,status,pendidikan dll, tapi itu salah besar menurut gue, karena yang sebenernya adalah jika kita ingin menyempurnakan segala sesuatunya, kita harus membutuhkan elemen2 penting lainnya untuk menciptakan satu kesatuan yang kokoh. yap mungkin waktu yang bisa jawab semuanya ..

ketika dosen menutup kuliah dan gue menutup binder, "jawaban itu belum ada...."